Friday, October 7, 2011

Bahagiakanlah Kesedihanmu!



Rasanya sudah lama sekali gue tidak menulis. Ini dikarenakan kesibukan yang membuat gue sedikit melupakan blog ini. Sibuk? mungkin memang bukan alasan yang tepat untuk bisa gue pakai sebagai penyebab vakumnya tulisan terbaru gue selama empat bulan disini.

Lalu? Jujur, gue kehilangan inspirasi dalam menulis sampai secara tidak sengaja semangat untuk menulis gue pun kembali datang saat gue mendengar dan menyaksikan sendiri berita kesedihan yang dialami oleh salah satu sahabat perempuan gue di pertengahan bulan September kemarin.

Kalau gue bilang dia diputusin secara tiba-tiba oleh laki-laki yang selama dua tahun belakangan ini selalu disebutnya sebagai pacar mungkin memang terdengar biasa. Dan kalau pun gue bilang lelaki yang selama ini dipercayainya itu mendadak mengakui perselingkuhannya dengan perempuan lain lalu memutuskan sahabat gue dalam kebingungan? Hal ini juga sudah pasti merupakan sesuatu yang biasa. Sudah banyak yang mengalami kejadian seperti ini (entah sebagai korban maupun pelakunya). Gue juga pernah menjadi korban perselingkuhan!

Lalu apa yang menjadikan peristiwa yang dialami sahabat gue di bulan kemarin itu menjadi suatu hal yang tidak biasa? Status mereka!

Memang sangat menyedihkan bila dua sejoli yang sudah memutuskan untuk bertunangan dan sedang berjalan menuju pintu pernikahan (dalam hitungan bulan) tiba-tiba saja harus berakhir dengan keadaan adanya orang ketiga dari salah satu pihak.

Tragis dan sangat menyakitkan! Itulah yang terjadi apabila orang yang kita sayangi, orang yang selama ini kita percaya telah berkhianat pada cinta kita. Terkadang orang yang mengajarkan arti cinta, hidup adalah orang yang telah mengkhianati kita.  Dalam hidup, kadang kita mencintai orang yg salah, kita terluka karenanya. Tapi karena kesalahan itu, kita semakin mengerti apakah arti cinta.
 
Dari kejadian itu, lalu muncul pula pertanyaan baru. ETIKA seperti apa yang harus dihormati bersama saat elo dan kekasih putus hubungan, sementara dua keluarga mulai dipersatukan perlahan dan cincin tunangan telah melingkar di jari manis? Mengembalikan ke tunangan atau elo simpan? Pertanyaan seperti ini mungkin banyak dilontarkan.

Pertunangan menjadi salah satu usaha mengikat komitmen dua sejoli sebelum waktu pernikahan tiba. Menurut gue, cincin tunangan harus dikembalikan! Ini menjadi janji setia menuju pernikahan, dan ketika pernikahan tidak terwujud, janji itu menjadi tidak pantas. Siapa sih yang masih membutuhkan lagi pengingat hubungan yang gagal? Ucapkan selamat tinggal pada hubungan, dan juga cincin tunangan!

Biasanya, cincin tunangan adalah suatu harapan dari sebuah janji, janji menuju pernikahan. Jika janji itu tidak berbuah manis, maka cincin tunangan harus dikembalikan. Namun, ada beberapa pengecualian, termasuk ketika cincin diberikan sebagai hadiah biasa. Sebagai contoh, cincin diberikan pada hari ulang tahun elo, hari Lebaran/Natal, dan sebagainya. Elo bisa berkata, "Ia tidak memberiku hadiah ulang tahun, dia memberiku sebuah cincin tunangan, itu hadiah ulang tahunku.”

Terlepas dari masalah cincin, maka hubungan yang memprihatinkan seperti ini sudah tidak layak untuk dipertahankan dan diperjuangkan.

Gue cuma bisa berharap kejadian ini bisa menjadi contoh yang baik untuk setiap pasangan diluaran sana yang masih meragu untuk melangkahkan kaki mereka ke jalan berikutnya. Kalau merasa belum siap, maka sebaiknya jangan memutuskan untuk bertunangan apalagi menikah. Membuat keputusan dalam keadaan bingung toh nantinya akan merugikan pasangan kalian sendiri. Keegoisanlah yang akan mengambil alih dalam menjalani keputusan tersebut. Jadi kedepannya tidak akan ada pihak yang merasa menyakiti dan tersakiti.

Buat gue, Cinta dan Kesetiaan adalah dua sisi dalam satu mata keping yang tidak terpisahkan. Cinta menjadi landasan sebuah Kesetiaan. Di dalam kesetiaan terkandung nilai cinta yang mempersatukan. Sulit membayangkan ada cinta berdiri sendiri tanpa disertai kesetiaan. Demikian pula sulit memahami, ada sebuah kesetiaan tanpa landasan cinta di dalamnya. Cinta tanpa kesetiaan adalah kosong. Dan kesetiaan tanpa didasari cinta adalah kepura-puraan. Dalam kesetiaan ada komitmen melayani tanpa pamrih, tulus ikhlas dan apa adanya.

KESETIAAN merupakan komitmen yang tak bisa dirusak dengan mudah. Setia berarti menepati semua komitmen seumur hidup. Jadi, jangan pernah berjanji bila elo tak mampu menepatinya. Meski setia merupakan kata yang mudah diucapkan, tapi menepatinya tak semudah yang dikatakan.

Setiap hubungan bersandar pada kebenaran dan kepercayaan. Jika suatu hubungan dimulai dengan kebohongan, maka hubungan itu tidak dapat dipertahankan. Karena fondasinya adalah kebohongan. Bagaimana sebuah kebenaran dapat tumbuh dari sebuah benih kebohongan? Hal pertama yang dibutuhkan dalam sebuah hubungan adalah kejujuran dalam semua aspek. Membodohi pasangan elo supaya percaya pada kebohongan yang elo tutupi adalah sikap yang paling memalukan.

Ketika elo sudah memutuskan dan berkomitmen untuk setia, seharusnya elo tidak mempunyai alasan untuk mengingkarinya. Dengan mengingkari komitmen, elo dapat menyakiti pasangan elo yang sudah terlanjur percaya pada elo.

Mencintai dan dicintai adalah suatu anugerah. Mengingkari komitmen untuk setia adalah dosa yang melawan kebaikan. Egois!  Lebih baik selalu menjadi orang yang jujur dan setia. Ada baiknya sebelum elo mencoba berkomitmen pada pasangan, cobalah berkomitmen pada diri elo sendiri. Berkomitmen pada hal-hal kecil yang nantinya akan melatih dan membuat elo dapat berkomitmen pada hal yang lebih serius dan menjadi orang yang bisa bertanggung jawab.

Sewaktu menghadapi pengkhianatan seperti ini, pada akhirnya gue selalu berpikir positif dan menganggapnya sebagai sebuah kesedihan yang membahagiakan. Buat korban dari keegoisan perselingkuhan, sugestikanlah kebahagiaan didalam kesedihanmu. Bersykurlah karena kalian sudah terselamatkan!

Let sadness see what happy does,
Let happy be where sadness was and still,
Say no to cheaters!

(Inspired by true events)
(Dedicated to my dearest bestfriend: 'VH'... yang sabar yaaa!)

1 comment: