Mencintai
adalah pekerjaan yang mulia, karena cinta cenderung melahirkan sifat
kasih sayang kepada apa yang kita cinta. Sedangkan sifat “pengasih” dan
“penyayang” itu sendiri adalah salah satu sifat Tuhan.
Mencintai
akan membuat kita melakukan segala sesuatu yang membuat seseorang yang
kita cintai merasa senang dan bahagia. Kita rela bersusah payah demi
membahagiakan yang kita cinta. Kita rela berkorban waktu, tenaga,
pikiran, dan biaya demi mendapatkan dan memelihara cinta seseorang yang
kita cintai tersebut. Pendek kata, demi cinta, katanya mati pun rela.
Dari sini, kita pasti tahu bahwa subyek perasaan cinta pada pembahasan gue ini adalah subyek yang hidup, bukan benda mati atau sebuah status
belaka.
Ketika
kita mendengar kata "cinta" maka seringnya asosiasi kata itu ialah
cinta kepada lawan jenis. Cinta kepada pacar atau kekasih, suami atau
istri, meskipun sebenarnya obyek cinta itu sangat luas. Untuk kali ini
mungkin kita tekankan pada emosi cinta pada kekasih atau orang yang spesial dan teristimewah di hati kita.
Membahas
masalah cinta akan sangat panjang dan penuh perdebatan, karena arti "cinta" bagi setiap orang mungkin berbeda-beda. Namun kali ini yang akan gue bicarakan mungkin sering terjadi, atau mungkin kita sendiri juga
pernah mengalaminya. Apa itu? Tidak lain adalah sebuah episode dari truelove story perjalanan cinta kita mencari pasangan hidup. Kalau dibuat film (yang kemungkinan besar bisa box office), judulnya adalah "Menghadapi Pengkhianatan Cinta" atau "My Love, Kenapa Kau Tinggalkan Daku?". No, I'm joking!
Ketika
kita sedang sepenuh hati mencintai seseorang, kemudian cinta kita
berbalas cinta; tidak ditolak mentah-mentah. Dan si dia juga dari
mulutnya sudah berkata bahwa perasaannya juga sama. Oh, indahnya dunia
ini. Dua cinta berpadu, aneka bunga pun mekar di hati sepasang insan
yang sedang kasmaran. Kasmaran: sejauh mana kau kejar cinta? Bila
diteropong dengan kacamata empat dimensi maka akan terlihat di atas
kepala mereka berdua beterbangan daun waru merah hati yang
berkelap-kelip dan berputar-putar. Ada teman saya yang cintanya baru
diterima maka hitam-hitam (pupil) di matanya tiba-tiba berubah menjadi
warna pink dan bentuknya menyerupai hati (yang ini hanya fiktif belaka).
Ceritanya
sekarang adalah ternyata seseorang (kekasih) yang sangat kita cintai
tersebut tiba-tiba berkhianat (menduakan cinta kita, selingkuh, tidak
setia atau apapun sebutannya itu). Tentu yang terjadi adalah broken heart; hati kita pun hancur berkeping-keping!
"Dia memang brengsek, bro! Padahal aku ini orang paling setia di dunia…”, demikian sumpah serapah seorang kawan yang lagi patah hati, atau "Sampai sekarang gue gak ngerti, koq bisa ya?" dan sudah pasti masih banyak lagi tanda tanya yang akan keluar dari mulut seseorang yang merasa cintanya sudah dikhianati.
Menurut
seorang teman saya, dia berpendapat
bahwa seorang "pengkhianat cinta", berarti dia tidak tahu makna
sebenarnya tentang cinta itu sendiri. Dia tidak ingin berkomitmen dan
tidak ingin terikat dengan cinta yang dia pegang, karena ingin
mendapatkan keuntungan dari cinta yang dia tebar (ke orang lain).
Dia tidak teguh pendirian dan tidak bisa melihat orang yang lebih indah dari pasangannya, atau bisa saja didukung dengan ketidakstabilan emosi yang dimilikinya.
Sementara
itu, teman lain memiliki pendapat yang agak berbeda
sebagai berikut. "Pengkhianat cinta"?, Pengkhianat itu orang yang
menyalahgunakan kepercayaan. Menurutku pengkhianat cinta
itu juga bisa ketika kita mencintai makhluk lebih daripada Penciptanya.
Misal, setiap manusia diberi hati dengan rasa cinta karena Tuhan Yang
Maha Penyayang, akan tetapi rasa itu diumbar secara berlebihan dan salah
sasaran. Mencintai pacar secara berlebihan, jor-jor'an a.k.a kebangeten
(berlebihan) sampai menomor sekiankan urusan lainnya. Cinta itu suci, tulus dan ikhlas. Jangan sampai
ternoda deh! Kalau terlanjur, cepat perbaiki. Pengkhianat cinta mungkin
nggak
bisa disalahkan sepenuhnya, mungkin karena dia belum tahu seperti apa
cinta itu. Sama halnya dengan cinta orang tua, mereka bekerja untuk
kehidupan kita. Bahkan mereka tidak tahu apakah kita akan berbakti atau
tidak, tapi mereka tetap mencintai kita dan berdoa yang baik-baik,
padahal mungkin kita bolos sekolah, nakal, curang tentang uang SPP,
bohong, apalagi sampai melakukan tindak kriminal… berarti kita juga
sudah jadi pengkhianat cinta! Baik cinta kepada orang tua, juga cinta kepada Tuhan. Iya kan?”
Sebelum
melangkah lebih jauh, kita sebutkan dulu beberapa penyebab seseorang
berkhianat, menyeleweng atau selingkuh. Kalian pun boleh menambahkan sendiri:
-
Kita kurang menjaga perasaannya
-
Si dia mencari atau menemukan yang lebih baik atau lebih sempurna dari kita
-
Si dia ingin sesuatu yang lebih dari apa yang sudah kita berikan
-
Si dia sedang mencari sensasi baru
-
Si dia bukan tipe pasangan setia
-
Si dia memang sengaja melukai hati kita
-
Si dia memang seorang buaya darat (untuk lelaki) atau buaya laut (untuk wanita)
-
Dasar sifatnya playboy atau playgirl
Demikian mungkin beberapa alasan kenapa "si dia" yang sangat kita cintai membalas cinta kita yang tulus, suci, plus murni dengan sebuah pengkhianatan yang kejam dan tidak berperi kekasihsayangan. Oups!
"Mas,
padahal aku sangat mencintainya. Aku mencintainya dengan sepenuh
jiwaku. Ketika kami melakukan janji setia, langit dan bumi jadi
saksinya. Bahkan dia memintaku untuk bersumpah setia atas nama Tuhan.
Aku berpikir bahwa dialah jodoh sejatiku, tapi kenapa dia tega
menduakan cintaku dan menghancurkan perasaanku?!"
Teman,
mungkin begitulah kalau hati kita tertambat kepada seseorang.
Kalau patah hati pasti menderita. Bagi kalian yang sudah biasa dikhianati
mungkin tidak merasakan sakit lagi atau malah tidak percaya lagi dengan
yang namanya "cinta".
Saya
pikir pengalaman "dikhianati" seseorang yang kita cintai adalah
merupakan salah satu berkah, rahmat atau hidayah dari-Nya agar kita mau
menginsafi kesalahan dan melakukan instrospeksi diri. Ternyata Dia Maha
Membolak-balikkan Hati, sehingga dalam hitungan detik bisa mengubah
perasaan yang tadinya suka dan cinta dengan kita menjadi sebaliknya.
Jadi,
jangan terlalu sedih atau terluka dengan pengalaman yang satu ini. Juga
jangan membenci si dia yang telah mengkhianati cinta kita yang seputih
salju Himalaya. Oups! Sakit hati karena dikhianati benar-benar akan menjadi
ladang pembelajaran bagi kita dalam melatih emosi dan bersikap lebih
dewasa. Pengalaman sakit hati akan membuat kita lebih bijak dalam menjalani kehidupan jika kita mau belajar darinya.
Bicara
masalah sakit hati karena dikhianati, bukannya saya tidak pernah
mengalaminya. Justru pengalaman itu adalah pengalaman terpahit yang
pernah saya alami. Namun, dari pengalaman itulah saya banyak mendapatkan
pemahaman dan ilmu baru. Saya tidak tahu bagi kalian yang mengalami
pengalaman yang sama, apakah bisa mengambil manfaatnya atau tidak. Tapi
yang jelas hikmahnya selalu ada.
Dari
masa sakit hati itu, adanya sahabat-sahabat sejatilah yang bisa
menegarkan dan memberi arti indahnya persahabatan. Bila dikenang, hanya
sahabat-sahabat sejati sayalah yang ternyata hadir dengan penuh
perhatian dan memberi support
mental yang luar biasa. Dari itu, terkadang sahabat adalah segalanya karena di satu
sisi cinta kasih mereka lebih tulus dari kekasih kita yang sebenarnya.
Dan sahabat ternyata selalu ada di saat kita benar-benar membutuhkannya. Selain mereka, keluarga juga merupakan media nomor satu untuk menyembuhkan diri dari perasaan kecewa ini.
Selanjutnya,
berikut beberapa hal yang mungkin bisa kalian lakukan bila ternyata sudah
menjadi takdir cinta kalian yang katanya tulus dan suci hanya mendapat
balasan berupa sebuah pengkhianatan yang "menyakitkan". Saya sengaja
memberi tanda petik pada kata menyakitkan,
karena sesungguhnya itu hanya sebagai akibat penilaian (pemberian
makna) pikiran kita secara subyektif. Jika kita belajar NLP (Neuro Linguistic Programming)
maka akan dijelaskan bahwa sesungguhnya semua kejadian itu bersifat "netral", hanya pikiran kita saja yang menilai atau memberi "makna".
Ok, mari kita bahas satu per satu…!
Introspeksi diri dan menjadi pribadi yang lebih baik
Mengatahui ternyata si dia yang sangat kita cinta koq
bisa-bisanya meninggalkan kita dan berdua dengan orang lain harusnya
disikapi dengan pemikiran bahwa ternyata diri kita bukanlah makhluk yang
sempurna. Jika kita manusia yang sempurna, mana mungkin kekasih kita
akan pergi meninggalkan kita dan menjalin cinta dengan orang lain. Kita
seharusnya melakukan instrospeksi diri. Ternyata diri kita masih banyak
kekurangannya sehingga tidak bisa mempertahankan cinta si dia kepada
diri kita. Dari sini kita sama sekali tidak boleh bersikap sombong,
meskipun secara fisik kita ini indah. Yang layak untuk sombong hanya Tuhan. Bukan begitu?
Setelah
kita menganalisis kekurangan diri kita maka langkah selanjutnya adalah
memperbaiki diri agar kekurangan-kekurangan tersebut bisa kita
minimalisir dengan kelebihan yang ada pada diri kita. Jadikan "sakit
karena dikhianati" sebagai cambuk agar diri kita bisa menjadi lebih
baik, secara lahir maupun batin.
Dalam
proses perbaikan diri ini tidak usah kita mengharapkan si dia akan
kembali pada kita, karena setelah dia berkhianat/berselingkuh maka kita
tahu bahwa ternyata cintanya tidaklah murni.
"Tapi aku sangat mencintainya, Mas! Aku sangat menyayanginya!"
Tidak
perlu diuraikan lebih jauh lagi ya, karena kalau sudah begini maka yang
bicara adalah emosi. Dan kalau menuruti emosi maka tidak akan ada titik
temunya.
"Kalau si dia mau tobat, bagaimana Mas?"
"Kalau
dia mau tobat maka dia tidak akan mencari cintamu lagi. Dia hanya akan
menemuimu untuk minta maaf, that's all!"
Memaafkan dan mengikhlaskan
Langkah
selanjutnya ialah memaafkan dan mengikhlaskan, tidak hanya orangnya,
tapi juga perbuatan si dia yang membuat luka di hati kita. Ini
dimaksudkan agar kita bisa merelease
emosi negatif berupa amarah, sakit hati maupun dendam dari hati kita,
karena semua emosi tersebut adalah emosi yang akan sangat menghambat
kemajuan diri kita. Orang yang menyimpan dendam cenderung akan sulit
meraih kesuksesan karena semua emosi negatif tersebut akan menyedot
energi psikis kita. Jadi, bukannya kita tambah bahagia, namun makin
menderita.
Maafkanlah
orang yang telah mengkhianati kita, karena memaafkan adalah akhlak yang
dicontohkan Tuhan. Kalau tidak ada orang yang menyakiti hati
kita maka kapan kita praktek langsung meneladani akhlak Tuhan, yakni
memaafkan.
Ikhlaskanlah,
karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini—termasuk orang yang
menyakiti hati kita—juga adalah milikNya. Ikhlaskan kepergiannya dari
hati kita agar tidak ada emosi negatif yang bersarang di hati dan
menjadi sumber penyakit, baik lahir maupun batin.
Pernah
beberapa tahun yang lalu ketika sedang merasakan sakit hati karena
dikhianati, seorang kawan yang sedang pulang dari kuliahnya di Jakarta
berkunjung dan berkata, "Bersyukurlah coy,
itu tandanya Allah masih sayang sama kamu dan mau menunjukkan bahwa dia
bukanlah yang terbaik untukmu. Untung selingkuhnya sekarang, coba kalau
nanti ketika dia sudah jadi istrimu."
Yakinlah bahwa hukum karma itu ada
Kita tahu bahwa jika orang lain menyakiti kita sesungguhnya
dia sedang menyakiti dirinya sendiri. Demikian juga jika menyakiti orang
lain, sesungguhnya kita juga sedang menyakiti diri sendiri. Pendek
kata, semua itu akan ada balasannya, baik di dunia ini maupun di akhirat
nanti.
Hukum
karma atau hukum tebar-tuai menyatakan bahwa apa yang kita tebar maka
itulah yang akan kita peroleh. Jika yang kita tebar adalah kejahatan,
maka bisa dipastikan kejahatan juga yang akan menimpa kita. Begitu juga
jika yang kita tebar adalah benih-benih kebaikan, maka kebaikan pula
yang akan menghampiri kita, bahkan jumlahnya bisa berlipat ganda.
Sekedar
berbagi pengalaman, ternyata bisa dibuktikan… Mantan kekasih yang pernah
mengkhianati saya (telah saya maafkan) juga ditinggal kekasihnya (pacar barunya setelah saya) karena orang lain juga.
Karma…
selalu ada balasan bagi setiap perbuatan atau tindakan yang berhubungan
dengan diri dan perasaan orang lain. Oleh karena itu, hati-hatilah!
Sekedar
untuk bahan renungan, dari kisah "pengkhianatan cinta" yang pernah saya
alami (semoga tidak akan ada lagi setelah ini, amin..), ternyata mantan kekasih yang menjadi tokoh
utama kisah tersebut sampai sekarang masih "sendiri". Sampai kapanpun, Saya percaya bahwa tipikal orang seperti ini tidak akan pernah berhenti mencari.
Mungkin benar ungkapan yang menyatakan hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga. Namun, menurutku 'cinta' yang dimaksud adalah cinta dari Sang Pemilik Cinta… Adakah manusia yang mencintai sesamanya demi mengharap kerido'an-Nya…?”
So, jangan pernah takut untuk disakiti, namun takutlah untuk menyakiti! Karena dari rasa sakit itulah, maka pelajaran baru pun akan kita terima, ya.. Belajar mengikhlaskan dengan tulus.
Menjadi Kesayangan Tuhan
Merasakan
pedihnya cinta kita dikhianati mungkin akan menjadi pengalaman yang tak
terlupakan dan tak ingin terulang lagi. Namun, boleh jadi dengan cara
itu Tuhan sedang mengingatkan kita (bagi yang mau sadar) agar tidak
menambatkan seluruh cinta kita kepada sesama makhluk-Nya. Kita mencintai
dengan sepenuh hati dan pengharapan, tapi justru si dia membalasnya
dengan sebuah pengkhianatan yang memilukan.
Jika
saja si dia tidak mengkhianati kita, belum tentu kita jadi ingat dengan
Sang Pencipta.. So,
jika realitas yang terjadi ternyata si dia berkhianat, mungkin itu
sebuah sinyal agar kita segera mendekatkan diri ke Tuhan!
Untuk
itu, jika kita sudah terlanjur dikhianati, jangan biarkan hati kita
bersedih dan meratapi nasib. Namun, jadikan momentum itu sebagai sarana untuk menginsafi diri dan mendekatkan jiwa raga anda pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jadikan setiap keadaan yang
tidak nyaman atau menyakitkan sebagai ladang pembelajaran bagi kita
untuk memahami kehidupan ini.
Ingat selalu kata bijak berikut ini:
Hal
paling buruk yang terjadi terhadap anda mungkin merupakan hal paling
baik yang pernah terjadi terhadap diri anda kalau anda tidak
membiarkannya mengalahkan diri anda. ~ Napoleon Hill
Setelah
ini, alangkah baiknya kita terus memperbaiki diri detik demi detik
dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan karena
Dia-lah sesungguhnya yang harus menjadi tumpuan cinta dan pengharapan
kita. Dengan sekuat tenaga kita berusaha terus
meningkatkan kualitas maupun kuantitas amal ibadah kita dan kita lakukan
secara terus menerus (konsisten)
sehingga pada akhirnya kita pun bisa menjadi "Kesayangan Allah". Jika
kita sudah menjadi yang "disayang Allah" maka mungkin kita akan lebih kuat dalam menghadapi apapun cobaan yang datang.
Well, life must go on guys. Keep up the good spirit!
(Based on a true story).