Rasanya sudah lama sekali gue tidak mengunjungi blog ini untuk menulis cerita-cerita yang biasanya gue ambil dari pengalaman atau kejadian-kejadian seru disekitar gue. Lima bulan sudah sejak tahun baru kemarin gue kehilangan semangat dalam menulis. Hal ini disebabkan karena penyakit yang baru saja sembuh dari telinga gue, sejak Januari lalu.
Bulan Desember tahun kemarin gue sekeluarga berlibur ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan demi berkumpul dan merayakan Natal bersama keluarga besar kami lainnya disana. Perlu dijelasin kalau perjalanan kesana tidaklah mudah seperti kota-kota wisata lainnya. Berhubung Tana Toraja adalah kota paling ujung di sebelah utara Sulawesi Selatan yang dikelilingi medan yang sangat tidak mudah untuk dilalui memakai pesawat, maka perjalanan darat menuju kesana bisa memakan waktu kurang dari delapan jam. Itupun kalau cuacanya mendukung! Seperti yang kita ketahui, di Indonesia, bulan Desember adalah bulan yang setiap harinya selalu didatangi hujan. Begitu pun yang terjadi saat perjalanan gue kesana.
Cuaca di Tana Toraja sendiri sangatlah dingin dan berkabut dimana-mana, hal ini tentu saja membuat jaket, sweater, mantel dan teman-temannya hampir dipakai setiap hari oleh semua orang yang berada di dalam kota ini. Seminggu disana, perjalanan pulang kami pun kembali menempuh medan dan jarak tempuh yang sama, dan kali ini berhubung hujan dan kabutnya lebih parah dari perjalanan datang sebelumnya, maka kami menghabiskan lebih dari 12 jam di jalan. Nah, kebayangkan gimana ribetnya?
Saat perjalanan pulang menuju Makassar, tiba-tiba saja telinga bagian kanan gue menutup. Kalau kata orang sih, mendadak bindeng. Hal ini sempat membuat gue panik dan sangat tidak nyaman karena pendengaran pun menjadi sedikit budeg. Namun berhubung gue sering mengalami hal ini saat setiap melakukan perjalanan jauh dengan mobil maupun pesawat, maka gue mencoba menganggapnya sebagai suatu hal yang tidak serius. Toh, ntar juga sembuh dengan sendirinya kalau sudah tiba di tempat tujuan.
Sesampainya di Makassar, bindeng yang gue rasakan belum juga hilang. Sehari, dua hari, tiga hari sampai gue balik ke Bandung pun bindengnya tidak mau hilang. Semua saran dan anjuran orang sudah gue ikuti. Mulai dari mengumpannya dengan memasukkan air hangat terlebih dahulu lalu membalikkannya sambil digoyang-goyangkan, menguap, ngemil permen sebanyak-banyaknya bla bla bla.. sayangnya, semuanya gak mempan! Telinga sebelah kanan gue berasa semakin tertutup. Seminggu setelah gue merasa kalau hal ini mulai sangat mengganggu, gue coba untuk membawanya ke dokter spesialis THT terdekat. Dari keluhan-keluhan yang gue sampaikan ke pak dokter, dia pun mengambil kesimpulan kalau gue positif terkena "Barotrauma". Keren amat ya, namanya! Menurut pak dokter, penyakit ini sering dialami oleh pilot, pendaki gunung dan penyelam. Sayangnya, gue sama sekali bukan salah satu dari ketiga jenis profesi yang disebutkan pak dokter tersebut. Barotrauma yang gue alami terjadi akibat cuaca ekstrim sehingga menimbulkan flu yang tidak sempat keluar akibat adanya lendir yang menumpuk diantara saluran telinga menuju saluran hidung gue. Setelah diberi resep obat, dia menganjurkan gue untuk kembali lagi jika dalam waktu seminggu bindengnya masih belum terbuka.
Dengan bermodalkan pendengaran yang ala kadarnya, gue pun coba membiasakan diri dalam menjalani segala aktifitas hari gue tanpa merasa terganggu dengan penyakit ini. Meskipun sebenarnya gue sangat sangat terganggu! Sejak saat itu, kebiasaan aneh pun mulai muncul. Gue mulai sering dengan tanpa sengaja menggoyang-goyangkan leher gue kesebelah kanan, berharap bindengnya bisa terbuka. Kebiasaan ini sering dijadikan candaan oleh teman-teman sekitar.
Setelah melewati seminggu dan obat yang diberikan dokter pun sudah mulai habis, bindengnya masih saja belum mau terbuka. Gue pun semakin parno! Berdasarkan saran teman-teman terdekat, gue coba periksain ke dokter yang lain, dan melakukan beberapa kali terapi telinga secara rutin dalam dua minggu namun hasilnya pun masih tetap sama, seminggu, dua minggu bahkan genap sebulan, bindeng di telinga kanan gue belum mau hilang juga. Gue semakin panik dengan keadaan ini. Paranoid akan adanya penyakit-penyakit dalam lainnya yang terselubung pun mulai bermunculan dalam otak gue saat itu. Gue cuma bisa pasrah dan membiasakan diri dengan kebindengan yang gue alami. Rasanya seperti hidup didasar lautan yang paling dalam!
Empat bulan lamanya gue hidup dalam barotrauma, dan rasanya itu sangat tidak mengenakkan. Sangat tidak nyaman! Anehnya, setelah gue mulai menyerah untuk konsultasi ke dokter dan membiarkannya, tiba-tiba saja bindengnya kebuka dan saat itu rasanya seperti baru keluar dari dalam laut. Senangnya minta ampun.. Gue sembuh! Sejak kejadian ini, gue jadi suka parno setiap akan melakukan perjalanan jauh dengan pesawat ataupun mobil yang lewat dari dua jam.
Ditulisan gue kali ini, gue cuma mau berbagi kejadian dengan memberikan informasi tentang penyakit barotrauma agar hal yang baru saja gue alami ini tidak terjadi ke elo semua. Khususnya buat kalian yang sering melakukan perjalanan jauh.
Apa itu "Barotrauma"?
Barotrauma adalah gangguan telinga yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan tekanan udara di antara telinga bagian luar dan telinga bagian tengah yang dipisahkan oleh gendang telinga. Gendang telinga merupakan pemisah antara saluran telinga dan telinga bagian tengah. Jika tekanan udara di dalam saluran telinga tengah tidak sama, maka bisa terjadi kerusakan pada gendang telinga. Dalam keadaan normal, tuba eustakius (yang merupakan penghubung antara telinga tengah dan hidung bagian belakang) membantu menjaga agar tekanan di kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara membiarkan udara dari luar masuk ke telinga tengah atau sebaliknya.
Apa penyebabnya?
Penyebab terjadinya barotrauma adalah penyumbatan pada tuba eustakius. Jika tuba ini mengalami penyumbatan total akibat adanya jaringan parut, infeksi atau alergi, maka udara tidak akan sampai ke telinga tengah dan terjadilah perbedaan tekanan atau yang sering kita kenal dengan istilah bindeng.
Faktor resiko terjadinya barotrauma adalah:
- Perubahan ketinggian: Misalnya penerbangan, menyelam atau bepergian ke daerah pegunungan.
- Hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran nafas atas.
Apa saja gejalanya?
Penderita akan merasakan nyeri pada salah satu atau kedua telinganya, yang disertai dengan hilangnya pendengaran yang sifatnya ringan. Penderita juga akan merasakan telinganya penuh dan kepala terasa pusing. Jika keadaannya berat atau berlangsung lama maka ketulian pun bisa bertambah semakin berat, penderita akan merasakan adanya tekanan di dalam telinganya dan mungkin akan terjadi pendarahan pada hidung.
Apa saja diagnosanya?
Diagnosis ditentukan berdasarkan gejala-gejalanya. Pada pemeriksaan telinga dengan otoskop akan tampak penggembungan ringan atau retraksi (tarikan kedalam) pada gendang telinga.
Apa saja pengobatannya?
Jika selama mengikuti penerbangan atau perjalanan jauh, perubahan tekanan terjadi secara tiba-tiba yang menyebabkan rasa penuh atau nyeri di telinga, maka untuk menyamakan tekanan di telinga tengah dan mengurangi rasa nyeri bisa diatasi dengan:
- Menguap
- Mengunyah permen karet
- Mengisap permen
- Menelan
Mengunyah atau menelan bisa membantu membuka tuba eustakius sehingga udara bisa keluar-masuk untuk menyamakan tekanan dengan udara luar. Penderita infeksi atau alergi pada hidung dan tenggorokan biasanya akan mengalami rasa nyeri ketika bepergian jauh dengan pesawat terbang atau saat menyelam. Karena itu tidak disarankan mereka yang sedang mengalami hal tersebut untuk bepergian jauh dan menyelam.
Untuk meringankan penyumbatan dan membantu membuka tuba eustakius bisa diberikan obat dekongestan, misalnya penilefrin dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot.
Bagaimana cara mencegahnya?
Gunakan obat decongestan atau antihistamin sebelum mengalami perubahan ketinggian pada perjalanan jauh. Selama menderita infeksi saluran nafas atas atau selama serangan alergi disarankan agar sebaiknya tidak mengikuti penerbangan, menyelam atau bepergian ke daerah dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Well, jangan pernah menyepelehkan bindeng pada telinga.. Segera periksakan ke dokter spesialis jika kalian mengalami hal tersebut.
Semoga keterangan ini bisa bermanfaat!
Semoga keterangan ini bisa bermanfaat!
halo gw udh sbulan lebih jg ngerasain agak2 bindeng di telinga kanan nih, kadang timbul kadang hilang. lo dulu jg gitu? gaenak bgt ya..
ReplyDeleteHalo! Saya juga baru saja mengalami barotrauma persis seperti Anda. Satu bulan lamanya. Mau share sedikit di sini untuk kawan2 yang lain, boleh ya? Awal bulan November ini, saya bangun tidur dan mendapati tiba-tiba telinga kanan seperti mampet. Bukan ga bisa denger lho ya, tetep bisa denger cuma kalau dibuat menelan seperti ada rasa tidak plong. Kalau mau tau detail feelingnya seperti apa, persis seperti kalau kita lagi perjalanan naik ke pegunungan atau berada di pesawat. Tetapi kondisi saya waktu itu telinga tidak terasa nyeri atau sakit. Cuma mampet aja, ga bisa plong. Memang bulan november ini perubahan cuaca drastis terjadi, dari iklim panas sekali ke iklim yang agak sejuk dingin. Kemudian di minggu kedua, saya seperti ada gejala flu (bersin2, hidung buntu, tenggorokan agak gatal, migrain) lalu saya dibawa ke dokter THT, semua saluran diperiksa oleh dokter dan kedua telinga dalam keadaan oke2 saja, dan diberi obat & antibiotik untuk menghilangkan radang tenggorokan & pileknya. Minggu ketiga, pilek / flu seperti uda sembuh total, ga terasa sakit apapun tapi telinga kanan masih tetap aja ga enakan. Kadang plong, kadang mampet. Annoying banget. Apalagi kalau uda di tempat ber AC, pasti kerasa lebih mampet. Akhirnya karena saya kuatir, saya pergi lagi ke dokter THT, saya bilang kalau telinga dan hidung kanan kok masih sering mampet, ga bisa stabil plong nya. Dokternya periksa tekanan udara dalam kedua liang telinga, anehnya menurut hasil, tekanan udara dalam liang telinga kanan dan kiri hanya beda 0,01 yang artinya hampir sama. Dokter bilang kalau ini ada gangguan pada saluran tuba eustakius dan lama-lama ini bisa sembuh sendiri (asal ga sampe parah misal ada nyeri di telinga atau timbul gejala2 lain yang lebih parah). Memang saya tidak merasa ada nyeri atau sakit pada bagian telinga, cuma terasa seperti ada tekanan udara dan ini sangat mengganggu sekali :( Oleh dokternya dikasih obat alergi (saya diduga alergi terhadap perubahan iklim/suhu/kelembapan udara), obat pilek ringan, dan dekongestan tetes hidung (untuk anak2). Jadi obatnya murni ringan banget. Nah ini nih, minggu keempat (proses mulai membaik). Hari pertama setelah pakai obat dari konsultasi kedua, mulai terasa ada perkembangan sedikit. Bagian dalam hidung ke telinga tidak terlalu tertekan meskipun telinga masih belum bisa plong total. Hari kedua, ketiga, keempat, kelima juga sama. Hari keenam, tiba2 jadi lebih buntu baik hidung maupun telinga (malah dua-dua telinga jadi buntu), sumpah saya kuatir banget dan nangis2 karena takut ini kelainan / penyakit parah di telinga. Kemudian hari ketujuh, saya seharian bersantai di tempat yang panas tanpa AC, tiba2 PLONG! dan ada rasa hangat di area telinga kanan seperti aliran darah mengalir lancar. Haduh rasanya senang banget hampir mau nangis. Jadi kemarin tiba2 aja bisa plong sendiri. Hari ini (awal desember) ketika bangun tidur (tidurnya di ruangan ber AC), masih terasa sedikit mampet, tapi setelah saya gerak / senam beberapa saat tiba2 plong lagi, jadi masih belum stabil. Tetapi overall, sudah semakin membaik. Semoga bulan-bulan kedepan sudah benar-benar tuntas. Saya cuma mau share ini untuk kawan2 diluar sana yang mengalami hal yang sama, jangan kuatir jangan takut ga bisa sembuh, PASTI bisa sembuh! :) Sering berjemur di tempat yang ga ber AC, minum air hangat yang banyak, jangan terlalu dipikiri karena semakin dipikir semakin ga bisa plong heheh. God bless all.
ReplyDelete