Beberapa minggu yang lalu, Gue sedang mengalami konflik yang mungkin tidak terlalu serius bagi beberapa orang kalau saja gue menceritakan ke mereka, Tapi buat gue: Ini adalah hal yang serius dan terus menerus bermain-main didalam otak gue! Dan yang pasti biarlah hal tersebut menjadi sebuah rahasia yang pernah terjadi di dalam kehidupan gue sekali saja!
Konflik apa itu?
Mungkin gue tidak akan menjelaskan secara rinci dan mendetail apa yang sedang gue alami, Namun inti dari semua yang gue bilang diatas adalah dimana gue menemukan suatu bentuk penyelewengan kepercayaan yang sudah gue berikan terhadap seseorang.
Bentuk penyelewengan kepercayaan yang gue maksudkan diatas tidak lain dan tidak bukan adalah dimana gue mendapati diri gue dalam keadaan sudah dibohongi.
Damn,
Apakah Elo senang bila dibohongi?
Apakah Elo berharap orang yang dekat dengan elo berbohong pada elo? Jawabannya pasti "Tidak". Oleh karena itu, pastikan dari dalam diri elo sendiri lah untuk bersikap jujur terhadap pasangan terlebih dahulu. Dengan cara ini, otomatis elo akan memberi contoh dan memberi gambaran ingin agar orang di sekitar elo jujur pada elo dan bila tidak, Elo berhak untuk mengeluh. Tetapi bila elo tidak jujur maka elo pun tidak berhak untuk mengeluh.
Kejujuran merupakan cara yang terbaik dan hanya satu-satunya cara untuk meyakinkan bahwa elo mendapatkan apa yang elo perlukan.
Menurut gue pribadi,
Berbohong adalah kebiasaan yang sulit diubah, kalau kita sudah melakukannya sekali, mau tidak mau kita akan harus melakukannya lagi untuk menutup kebohongan yang sebelumnya kita katakan, dan begitu seterusnya.
Jadi berbohong itu ibarat lingkaran setan yang tidak akan pernah ada habisnya. Itu kenapa kalau sekali kita berbohong, orang jadi susah percaya, karena sekalinya kita berbicara yang benar, orang sudah tidak bisa membedakan lagi yang mana ucapan kita yang benar dan yang bukan.
Lantas,
Bagaimana menyikapi orang berbohong? Kalau elo yakin bahwa dia berbohong dan kamu bisa membuktikannya, jelaskan saja padanya bahwa elo tahu dia berbohong, dan tanyakan kenapa dia melakukannya?
Bagi banyak pasangan yang memutuskan untuk tetap mempertahankan hubungan setelah penyelewengan kepercayaan, memperbaiki kepercayaan lah yang merupakan prioritas pertama keduanya. Kejujuran dan komunikasi yang terbuka adalah titik untuk memulai babak baru. Itu berarti keduanya perlu kemampuan belajar hal-hal baru dan mengubah harapan-harapan mengenai hubungan menjadi lebih realistis bagi kedua belah pihak.
Ciri pokok semua jenis penyelewengan, bagi semua pihak, adalah adanya ketidakjujuran. Karena itu, jika elo hendak mencegah penyelewengan, sebaiknya sejak awal memulai suatu hubungan harus sudah membiasakan pola perilaku yang serba jujur. Sayangnya, setelah terjadi penyelewengan kepercayaan, orang menghabis-habiskan waktu mereka dengan saling menyalahkan daripada saling memahami dan menyembuhkan. Elo bisa saja menyalahkan diri sendiri, Menyalahkan hubungan dan Menyalahkan pasangan.
Menyalahkan memang gampang. Sementara memahami kepelikan sifat manusia sangat sulit dan membutuhkan waktu.
Tidak ada perlindungan khusus dari bentuk penyelewengan kepercayan. Tidak seorang pun kebal. Elo harus memperjuangkan hubungan elo dan pasangan secara bersama-sama, Elo harus berjuang demi kejujuran. Dan itu bukan jalur yang mudah.
Yang perlu diingat pula, penyembuhan dari penyelewengan kepercayaan tidak harus berupa mempertahankan hubungan. Karena persoalannya bukanlah menang atau kalah, melainkan memahami diri sendiri. Tujuannya adalah hidup yang penuh makna.
Jelas bukan hanya tugas satu orang saja untuk mencegah pasangannya merusak kepercayaan yang sudah diberikan. Kita semua adalah penjaga kehidupan kita sendiri.
Nah, kalau kita ingin meneruskan hubungan, kita musti belajar untuk memaafkan – orang lain dan diri sendiri.
Bukankah sebuah hubungan itu seharusnya dilandasi dengan rasa percaya dulu, baru yang lainnya? Kalau orangnya saja sudah tidak bisa dipercaya, bagaimana bisa dicintai? Kalau sekarang saja sudah banyak berbohong, apa lagi nanti? bisa semakin banyak kebohongan yang harus ditutupi.
Deal?
Dan,...
Semoga saja,
Kebohongan yang sudah gue maafkan itu tidak akan muncul kembali dikemudian hari,...
Amin,...!
No comments:
Post a Comment