Pada saat ini, hampir semua instansi pendidikan mulai dari TK sampai
perguruan tinggi (Diploma, S1, S2 dan S3) melaksanakan suatu kegiatan pelepasan para siswa atau
mahasiswanya. Kegiatan yang rutin dilakukan sering kita sebut dengan
WISUDA.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "wisuda" memiliki
arti peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan khidmat. Istilah
wisuda sering dikaitkan dengan suatu prosesi (ceremonial) pelantikan
mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya di sebuah universitas, institur atau sekolah tinggi.
Sebenarnya tidak hanya sekedar untuk mahasiswa saja. Seseorang yang
telah lulus dalam menyelesaikan pendidikannya juga dapat juga
menggunakan istilah wisuda ini. Misalnya ada anak-anak yang lulus Taman
Kanak-kanak (TK), mereka juga dapat diwisuda apabila telah menyelesaikan
masa belajarnya di TK tersebut. Jadi kesimpulannya, istilah wisuda
pada dasarnya tidak hanya digunakan untuk kalangan mahasiswa melainkan
dapat digunakan untuk siapa saja yang telah lulus/selesai menempuh
pendidikannya.
Wisuda merupakan bahasa Indonesia serapan yang berasal dari bahasa
Sansekerta. Yang artinya amat suci, amat sempurna atau bersih. Jika
dikaitkan dengan arti tersebut, maka makna yang terkandung dalam kata
wisuda adalah seseorang yang diwisuda diharapkan menjadi insan yang
sempurna, suci dan bersih. Terlepas dari itu semua, wisuda (dalam
lingkup akademis mahasiswa) sebenarnya merupakan tonggak awal untuk
memulai kehidupan dengan menerapkan ilmu yang selama ini dipelajari.
Jadi yang dimaksud selesai adalah pendidikannya, tapi penerapan ilmunya
barulah dimulai.
Wisuda bukan hanya prosesi pelantikan dan penyematan
gelar semata (entah itu gelar lulusan, alumni, ahli madya, sarjana, masgister, doktor atau apalah, atau gelar lainnya). Tapi merupakan penyematan tanggung
jawab yang lebih besar. Ya tentunya tanggung jawab moral akan ilmu yang
selama ini diperoleh di bangku kuliah untuk diterapkan agar berguna bagi
diri sendiri maupun orang lain. Yang penting dalam wisuda bukanlah
semangat perayaannya, tapi semangat untuk menyongsong masa depan yang
lebih baik dengan ilmu yang ada di tangan kita lah yang sesungguhnya
penting. Masa depan yang baik untuk diri sendiri, masa depan yang cerah
untuk keluarga, masa depan yang menyejahterakan masyarakat.
Saat wisuda setiap mahasiswa pasti mengenakan toga, dan pada akhirnya
tali toga itu akan dipindahkan arah. Namun apakah kita semua tahu
mengapa tali toga itu yang ada di sebelah kiri akan dipindahkan ke
bagian kanan?
Toga sendiri merupakan simbol bahwa mahasiswa sudah dianggap lulus dan
siap untuk terjun ke masyarakat. Tali toga yang pada awalnya ditaruh di
samping kepala sebelah kiri dan oleh rektor akan dipindahkan ke bagian
kanan.
Tali toga pada sebelah kiri artinya saat menjadi mahasiswa, bagian
otak yang dipakai mahasiswa kebanyakannya adalah otak kiri dimana otak
itu berhubungan dengan bahasa juga hafalan. Ketika tali toga dipindahkan
dari samping kiri kesamping kanan, itu diartikan agar setelah lulus
para wisudawan tidak hanya menggunakan otak kirinya, melainkan harus lebih
banyak menggunakan otak kanan. Otak kanan itu sendiri berhubungan dengan daya imajinasi, kreativitas
juga inovasi seseorang. Hal ini juga berhubungan dengan jenis pekerjaan
yang harus dipilih oleh para lulusan.
Yang diharapkan setelah lulus adalah mereka para wisudawan tidak hanya
menggunakan otak kiri yang hanya bekerja pada orang lain, tapi harus
bisa berpikir kreatif, imajinatif dan inovatif dan menggunakan otak
kanan untuk menciptakan pekerjaan sendiri. Arti dari semuanya adalah
supaya para lulusan bisa berwirausaha dengan baik dan tidak hanya mengandalkan bekerja pada orang lain.
Maka marilah kita merenungkan apa yang akan kita lakukan setelah kita
menjalani prosesi wisuda. Apa yang telah terjadi tidak mungkin bisa
dirubah, karena waktu tidak pernah bisa berkompromi dengan manusia.
Seperti kata pepatah "Dengan waktu sedetik kita bisa membeli batangan emas, namun batangan emas tidak akan bisa untuk membeli waktu sedetik". Untuk itu janganlah pernah menyesali masa lalu, kita harus mengerti bahwa hidup dalam bayangan masa lalu adalah sia-sia.
Demikian juga kita tidak perlu mencemaskan masa depan. Orang-orang
yang mencemaskan masa depan adalah orang-orang yang tidak mempunyai rasa
percaya diri. Yang akhirnya, tidak jarang membuat mereka mencari tahu
masa depannya dengan mengunjungi para tukang ramal. Apabila si tukang
ramal mengatakan masa depannya baik membuat mereka siang malam menunggu
datangnya hari keberuntungan itu tanpa mau berusaha dengan maksimal.
Sebaliknya, apabila kata si tukang ramal bahwa nasib telah menggariskan
masa depannya tidak cerah alias tidak punya masa depan maka mereka pun
tak segan-segan mengeluarkan uang yang banyak untuk mengubah masa depan
buruk menjadi baik dengan berbagai ritual yang harus dilakukan. Dan ini
sering dijadikan oleh tukang ramal untuk mendapatkan banyak uang dengan
menjual atas nama ilmu berubah nasib yang ia miliki. Ingatlah, masa depan bukanlah nasib yang telah digariskan kepada setiap manusia apalagi ada ditangan tukang ramal.
Ada satu pepatah lagi yang kurang lebih berbunyi: "Walaupun
nasib kita digariskan sebagai raja kalau kita tidak berusaha selamanya
tetap tidak akan bisa menjadi raja. Sebaliknya walaupun nasib kita
digariskan sebagai pengemis jika kita bekerja keras pasti tidak akan
jadi pengemis".
Kekuatan untuk membangun kesuksesan ada pada saat ini, bukan pada
saat berikutnya atau saat sebelumnya. Kebahagiaan hidup ada pada saat
mengerjakan apa yang dapat kita kerjakan saat ini. Bukan mengerjakan apa
yang dapat kita kerjakan pada saat sebelumnya atau sesudahnya. Dan
kesuksesan hidup terletak pada apa yang kita lakukan sesuai dengan
keinginan hati. Seberapapun kerasnya kita bekerja jika kita kerjakan
dengan hati yang senang akan terasa ringan. Demikian juga sebaliknya,
seringan apapun pekerjaan yang kita lakukan bila tidak sesuai dengan
keinginan hati akan terasa berat.
Bagi yang baru diwisuda, selamat untuk kelulusan sarjana, magister maupun doktornya ya!
Selamat kembali ke kehidupan yang sebenarnya, kawan!
Dirangkum dari: http://unik.kompasiana.com dan https://irvanhabibali.wordpress.com.